Sebuah video yang merekam momen sederhana namun penuh makna dari para prajurit TNI di tengah misi kemanusiaan, baru-baru ini viral dan menyentuh hati jutaan warganet. Video tersebut menampilkan potret **kesederhanaan prajurit TNI** yang lahap menyantap mi instan dan nasi beralaskan kardus, di sela-sela tugas berat **misi SAR banjir Sumatera** 2025. Ini bukan sekadar cerita tentang makanan, melainkan cerminan dedikasi tanpa batas di garis depan bencana.
Momen Sederhana, Pengabdian Luar Biasa
Video yang diunggah oleh akun Instagram @diyatakmal ini dengan cepat menyebar, memperlihatkan sisi lain dari para abdi negara. Bukan aksi heroik mengangkat korban, melainkan sebuah jeda singkat untuk mengisi energi. Dalam tayangan tersebut, terlihat seorang prajurit dengan seragam loreng dan tas masih tersampir, mengambil mi instan dari sebuah toples besar. Mi tersebut kemudian dicampur dengan nasi putih, siap disantap.
Hal yang paling mencuri perhatian adalah wadah yang digunakan. Tanpa piring atau kotak bekal, sang prajurit dengan sigap memanfaatkan potongan kardus mi instan sebagai alas makannya. Dengan tangan kanan, ia memuluk nasi bercampur mi, menyantapnya dengan lahap. Pemandangan ini seolah menjadi resep sederhana untuk bertahan di tengah keterbatasan, di mana setiap sumber daya dimanfaatkan secara maksimal.
“Di sela misi SAR banjir, prajurit TNI mengisi tenaga seadanya—bukan mengeluh, karena bagi mereka keselamatan rakyat jauh lebih utama daripada kenyamanan pribadi. Inilah potret pengabdian: sederhana, tulus, dan mengharukan,” tulis pemilik akun @diyatakmal, merangkum esensi dari momen tersebut.
Ternyata, prajurit tersebut tidak sendirian. Beberapa personel lain di sekitarnya juga terlihat menikmati menu yang sama dengan cara serupa. Satu toples besar berisi mi dibagi rata, menciptakan suasana kebersamaan yang hangat. Latar belakang lagu dangdut Jawa jenaka yang mengiringi pemandangan ini semakin menegaskan bahwa, meskipun kondisi sulit dan serba terbatas, semangat dan solidaritas tetap menjadi bumbu utama dalam setiap perjuangan.
Di Balik Misi Kemanusiaan: Tantangan Banjir Sumatera 2025
Momen mengharukan ini terjadi di tengah operasi penanganan bencana banjir yang melanda wilayah Sumatera, khususnya Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, pada akhir November hingga awal Desember 2025. Bencana ini bukan sekadar genangan air biasa, melainkan banjir bandang yang membawa material lumpur, puing-puing, bahkan gelondongan kayu. Akibatnya, akses jalan di beberapa kabupaten terputus total, mengisolasi banyak warga.
Kehadiran TNI di lokasi merupakan bagian integral dari **Operasi Militer Selain Perang (OMSP)**. Mereka bahu-membahu membantu Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) serta para relawan lokal. Tugas mereka sangat krusial, mulai dari evakuasi korban, distribusi logistik, hingga pembersihan puing-puing.
Medan yang berat, akses logistik yang terputus, dan urgensi penyelamatan warga yang terjebak membuat para personel ini harus beradaptasi dengan kondisi serba terbatas. Makan seadanya dan istirahat di sembarang tempat sudah menjadi ‘menu’ sehari-hari. Prioritas utama adalah memastikan warga terdampak bisa segera dievakuasi ke tempat aman, bahkan jika itu berarti mengorbankan kenyamanan pribadi.
Logistik Bencana: Resep Bertahan di Medan Sulit
Dalam setiap misi SAR di tengah bencana, aspek logistik makanan menjadi krusial. Seperti seorang koki yang memilih bahan terbaik untuk resepnya, tim SAR juga memiliki pertimbangan khusus dalam memilih pasokan makanan. Berikut adalah beberapa ‘resep’ di balik pilihan logistik di medan bencana:
Mengapa Mi Instan Selalu Jadi Pilihan Utama?
Mi instan seringkali menjadi ‘primadona’ logistik saat bencana alam, dan ini bukan tanpa alasan. Faktor utamanya adalah efisiensi. Mi instan sangat ringan, mudah didistribusikan dalam jumlah banyak, dan memiliki masa simpan yang panjang. Ini menjadikannya pilihan praktis untuk menjangkau area yang sulit diakses.
Selain itu, dalam kondisi psikologis korban atau petugas yang drop dan kedinginan akibat banjir, makanan berkuah hangat dan gurih seperti mi instan bisa menjadi **mood booster instan** yang menenangkan. Rasanya yang akrab dan proses penyajiannya yang cepat memberikan kenyamanan di tengah ketidakpastian.
Ransum Tempur vs. Logistik Umum: Strategi di Lapangan
Banyak yang bertanya, bukankah TNI memiliki Ransum Tempur (MRE) yang dirancang khusus? Betul, TNI memiliki bekal khusus seperti T-2 atau C-1 yang padat energi dan siap santap tanpa dimasak. Namun, dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP) seperti bencana banjir ini, ransum tempur seringkali disimpan untuk situasi yang benar-benar terisolasi atau darurat strategis.
Jika akses dapur umum masih memungkinkan, prajurit biasanya memilih makan masakan dari dapur umum atau logistik donasi, termasuk mi instan. Ini adalah bagian dari strategi penghematan stok ransum strategis. Selain itu, ini juga menunjukkan **solidaritas dengan apa yang dimakan rakyat** yang mereka bantu, menciptakan ikatan emosional yang kuat.
Nutrisi Darurat: Kalori Cepat untuk Tenaga Ekstra
Makan nasi lauk mi instan, apakah gizinya cukup untuk tugas berat SAR? Secara medis, mungkin tidak seimbang jika dilihat dari perspektif gizi harian. Namun, secara ‘taktis’ ini adalah suntikan energi cepat yang sangat dibutuhkan. Petugas SAR membutuhkan asupan kalori yang sangat besar untuk menerjang arus, mengangkat beban, dan bergerak di medan sulit.
Kombinasi karbohidrat ganda dari nasi dan tepung mi memberikan ‘bensin’ glukosa cepat yang vital bagi otot. Jadi, dalam kondisi darurat 1-2 hari pertama, fokus utamanya adalah **survival dan kenyang**, bukan keseimbangan gizi empat sehat lima sempurna. Ini adalah resep bertahan hidup yang efektif di saat-saat kritis.
Dapur Umum Lapangan: Jantung Logistik di Zona Bencana
Lalu, bagaimana cara memasak mi instan dalam jumlah banyak untuk ratusan orang di lokasi banjir? Jawabannya terletak pada keberadaan **Dapur Umum Lapangan (Dumlap)**. Biasanya, TNI atau Kementerian Sosial mendirikan Dumlap di lokasi bencana. Dumlap ini berfungsi sebagai pusat logistik makanan, di mana relawan dan personel khusus memasak makanan dalam skala besar, termasuk mi instan, untuk didistribusikan kepada korban dan petugas.
Gelombang Dukungan dan Doa dari Warganet
Kesederhanaan dan keterbatasan kondisi para prajurit ini sontak memancing emosi warganet. Banyak yang merasa sedih, namun sekaligus bangga melihat dedikasi tanpa pamrih tersebut. Kolom komentar pun penuh dengan doa dan dukungan, menjadi ‘bumbu’ penyemangat bagi para pahlawan di lapangan.
“Kalo ni vid nyampek ke istrinya pcrnya keluarga. Psti nangis😢 tp sekaligus bangga , kuat² sehat² ya bang komando ✊️,” tulis akun @dewii_hans, mewakili perasaan haru dan bangga.
Ada juga yang mengirimkan doa untuk seluruh tim penyelamat. “Kita langitkan doa utk kalian para resque dan saudara2 yg terdampak bencana semoga kalian diberi ektra kekuatan ❤️❤️,” komentar akun @yuli_19702023.
Tak sedikit pula yang membela para petugas dari komentar negatif yang sering muncul saat bencana. “Dan mereka masi di katain lambat…sama manusia” yang cuma mantau dari Medsos….😂😂,” tulis akun @deni.r_. Komentar-komentar ini menunjukkan betapa besar apresiasi publik terhadap pengorbanan para prajurit.
Salah satu komentar yang cukup mewakili perasaan banyak orang datang dari pemilik akun @nayaasa_aurora_sadega, “😢Masyallah sedih lihatnya terimakasih untuk perjuangan n pengorbanan segenap jiwa serta raga untuk saudara2 kita d Sumatra Abang2 TNI smoga selalu d berikan kesehatan,keselamatan n slalu dalam lindungan Allah swt Amin🤲🥺🥺.”
Potret sederhana ini menjadi pengingat kuat akan dedikasi dan pengorbanan para prajurit TNI. Di balik seragam loreng, ada hati yang tulus mengabdi, siap menghadapi segala keterbatasan demi keselamatan rakyat. Kisah ini adalah resep nyata dari sebuah pengabdian: sederhana, tulus, dan penuh makna, yang akan selalu menginspirasi dan menghangatkan hati kita semua.